Skip to main content

Asbab Nuzul | Ulumul Quran

MAKALAH
ULUMUL QUR’AN
ASBAB AN NUZUL
Dosen Pengampu : Drs. Mustofa Rahman




Oleh : Kelompok 4
MPI kelas 1B

Fabyan laksa darama              1703036044
Abdul Arifin                            1703036062
Moh Khoirul Anam                  1703036049
                                   


JURUSAN MANAJEMEN PENDIDIKAN ISLAM
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI WALISONGO SEMARANG
2017




BAB I
PENDAHULUAN

A.  LATAR BELAKANG
Asbab an nuzul sangatlah penting bagi kita yang ingin mempelajari ulumul Al Qur’an lebih dalam. Oleh karena itu, kita sebagai umat islam harus paham betul apa asbab an nuzu itu sendiri, karena itu adalah salah satu dasar untuk kita mengetaui apa maksud dan tujuan dari ayat yang telah diturunkn oleh Alloh. Kebanyakan orang salah pengertian memhami apa maksud dari ayat itu. Mereka tidak mengerti maksud ayat tersebut karena mereka kurang mempelajari asbab an nuzul.
Al Qur’an adalah pedoman umat islam. sumber hukum, syari’at dll. Semua bersumber dari Al Qur’an. Untuk kita harus paham betul mengenai Al Qur’an itu sendiri tidak cuman mengerti arti tapi harus paham isi kandungan yang ada di dalam ayat tersbut. Ilmu Asbab an nuzul ini salah satu cara kita mengetahui apa saja sebab diturunkannya ayat dan apa maksud diturunkannya itu.

B.  RUMUSAN MASALAH

1.      Apa pengertian asbab an nuzul?
2.      Apa jenis-jenis asbab an nuzul?
3.      Apa kaidah-kaidah asbab an nuzul?
4.      Apa manfaat mempelajari asbab an nuzul?

C.  TUJUAN
1.      Untuk mengetahui pengertian asbab an nuzul
2.      Untuk mengetahui jenis-jenis asbab an nuzul
3.      Untuk mengetahui kaidah-kaidah asbab an nuzul
4.      Untuk mengetahui manfaat mempelajari asbab an nuzul

BAB II
PEMBAHASAN
A.          PENGERTIAN ASBAB AN NUZUL
Secara etimologi, asbab an nuzul (اسباب النزول) merupakan rangkaian dari dua kata, asbab (اسباب) dan an nuzul (النزول). Kata asbab merupakan bentuk jama dari kata sabab (سبب) yang berarti sebab atau beberapa sebab. Dan an nuzul berarti turun. Jadi asbab an nuzul diartikan sebagai sebab turunnya sesuatu, atau sesuatu yang menyababkan terjadinya peristiwa. Sedangkan secara terminologis, terdapat banyak devinisi tentang asbab dan an nuzul yang telah di formulasikan para ‘Ulama. Di antaranya adalah
1.      Az Zarqani dalam Munahil al ‘irfan memberikan definisi sebagai berikut:

سبب انزول هوما نزلت بها الاية او الايات متحدثة عنه اوميينة لحكمه ايام وقومدعه
 “ asbab an nuzul adalah segala hal yang menyebabkan sepotong ayat atau beberapa ayat diturunkan, atau untuk menerangkan hukum sesuatu yang terjadi pada saat terjadinya sesuatu itu”.

2.                  Shubhi ash shalih dalam mabahitsnya mendefinisikan bahwa:

سبب النزول ما نزلت به اللاية او للايات متضمنة له اومجيبةعنه مبينة لحكمه زمن و قوعه
asbab an nuzul adalah segala sesuatu hal yang menyebabkan sepotong ayat atau bebrapat ayat turun sebagai bukti adanya peristiwa, atau sebagai jawaban terhadap suatu pertanyaan atau untuk menjelaskan hukum yang terjadi pasa masa itu”.
Jadi, asbab an nuzul merupakan suatu peristiwa atau pernyataan yang karenanya sepotong ayat atau beberapa ayat turun, baik mengenai hukum syara’ atau mengenai setting sosial yang sedang terjadi ketika itu, dalam bentuk peristiwa asbab an nuzul dikelompokan menjadi tiga macam yaitu:
a.                  Peristiwa yang berupa pertengkaran, seperti perselisihan yang berkecamuk antara golongan dari suku Aus dan segolongan dari suku kharaj. Peristiwa itu timbul dari intrik-intrik yang ditiupkan oleh orang yahudi, sehingga mereka berteriak-teriak: Senjata! Senjata!. Peristiwa tersebut menyebabkan ayat 100 dari surat ali ‘Imran diturunkan.
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا إِنْ تُطِيعُوا فَرِيقًا مِنَ الَّذِينَ أُوتُوا الْكِتَابَ يَرُدُّوكُمْ بَعْدَ إِيمَانِكُمْ كَافِرِينَ
Hai orang-orang yang beriman, jika kamu mengikuti sebahagian dari orang-orang yang diberi Al Kitab, niscaya mereka akan mengembalikan kamu menjadi orang kafir sesudah kamu beriman” (QS. ALI IMRAN:100).
b.      Dan ayat-ayat berikutnta pun turun menyertainya. Hal ini kiranya merupakan cara terbaik untuk orang dari perselisihan dan merangsang mereka untuk lebih bersikap kasih sayang, mengutamakan persatuan dan kesatuan.Peristiwa berupa kesalahan, sperti yang terjadi pada  seseorang yang menjadi imam sholat dalam keadaan mabuk hingga ia membaca surat Al kafirun sebagai berikut:
قُلْ يَا أَيُّهَا الْكَافِرُونَ ﴿١﴾  أَعْبُدُ مَا تَعْبُدُونَ
Ayat kedua tersebut dibaca tanpa kata LA (لا) yang tentunya dapat mendatangkan makna yang berlawanan dengan makna yang sesunggunya. Dengan demikian turun ayat tentang larangan sholat dalam keadaan mabuk tersebut:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لا تَقْرَبُوا الصَّلاةَ وَأَنْتُمْ سُكَارَى حَتَّى تَعْلَمُوا مَا تَقُولُونَ
“Wahai orang-orang yang beriman! Janganlah kamu mendekati salat[9], ketika kamu dalam keadaan mabuk[10], sampai kamu sadar apa yang kamu ucapkan”. ( QS. ANNISA: 42)
c.       Peristiwa yang berupa cita-cita dan keinginan para sahabat, seperti persesuaian harapan Umar ibn Al khotob dengan ketentuan ayat-ayat Al Qur’an. Rasull saw bersabda:
ان الله جعل الحق عل لسان عمر
            “Sesungguhnya Alloh menjadikan kebenaran (Al Qur’an) pada lisan umar”.
Dalam sejarah tercatat beberapa harapan Umar ra, yang pernah dikemukakan kepada Nabi Muhammad saw. Kemudian turun ayat-ayat yang kandungannya sesuai dengan harapan-harapannya. Dari anas ra, bahwa umar ra bekara: Aku sampaikan kepada Rosul bagaimana sekiranya makam ibrahim as. Kita jadikan sebagai tempat sholat?.
Maka turun ayat:
اتَّخِذُوا مِنْ مَقَامِ إِبْرَاهِيمَ مُصَلًّى
“Dan ambillah sebahagian maqam Ibrahim tempat shala”. ( QS. AL BAQOROH:125)
Adapun hal-hal yang menyebabkan turunnya ayat dalam bentuk pertanyaan dikelompokan menjadi tiga macam. Yaitu:
a.                  Pertanyaan yang berhubungan dengan peristiwa masa lalu, seperti pertamyaan tentang Dzul al Qmain yang menyebabkan ayat 83 dari surat al kahfi turun:
وَيَسۡـَٔلُونَكَ عَن ذِى ٱلۡقَرۡنَيۡنِۖ قُلۡ سَأَتۡلُواْ ýكُم مِّنۡهُ ذِڪۡرًا
“Dan mereka bertanya kepadamu (wahai Muhammad), mengenai Zulkarnain”.
b.      Pertanyaan yang berhubungan dengan peristiwa yang sedang berlangsung sebai jawaban atas tuntutan masyarakat pada waktu itu, seperti pertanyaan tentang ruh yang jawabannya adalah surat al isr’ ayat 85:
وَيَسْأَلُونَكَ عَنِ الرُّوحِقُلِ الرُّوحُ مِنْ أَمْرِ رَبِّي وَمَا أُوتِيتُمْ مِنَ الْعِلْمِ إِلَّا قَلِيلًا
“Dan mereka bertanya kepadamu tentang roh. Katakanlah: "Roh itu termasuk urusan Tuhan-ku, dan tidaklah kamu diberi pengetahuan melainkan sedikit". (QS.AL ISRA:85)
c.       Pertanyaan yang berhubungan dengan peristiwa yang akan mendatang, sperti hal kiamat yang jawabannya adalah ayat 42 surat an Nazi’at yang turun karenanya:
يَسْأَلُونَكَ عَنِ السَّاعَةِ
“Orang-orang kafir) bertanya kepadamu (Muhammad) tentang hari kebangkitan?” (QS.ANNAZIAT:42)
B.           JENIS-JENIS ASBAB AN NUZUL
    Secara garis besar  asban an nuzul dikelompokan menjadi dua, yaitu:
1.      Ayat lebih dulu turun sebelum sebab, karna kehadiran sebuah wahyu bertujuan untuk menkanarkan sebuah peristiwa. Misalnya wahyu yang turun:
وانذر عشيرتك الاقربين
“Dan berilah peringatan kepada keraba-kerabatmu yang dekat”. (QS. AL ISRA:214)
Menurut riwayat ibn abbas ra. Yang artinya “ketika ayat ( وانذر...) turu, Nabi saw naik ke shafa. Lalu berseru(keudara): wahai teman-teman!(mereka berkumpul) lalu Nabi saw bersabda: bagaimana pendapat kalian ketika aku kabarkan kepadamu bahwa masyarakat keluar dengan membawa kerahmatan gunung ini. Adakah kalian tetap menjadi temanku? Mereka menjawab: kami tidak menilaimu sebagai pemdusta. Nabi bersabda: sesungguhnya aku adalah pemberi kabar peringatan kepada kalian, diantara tanganku ada adzab yang pedih. Abu lahab segara segera menyatakan: celaka kau! Kau kumpulkan kami hanya umtuk ini? Lalu ia berdiri, maka (ketika itu segera) turun wahyu surat Al lahab.
2.                  Ayat turun sebagai jawaban atas pertanyaan Nabi. Misalnya dalam hal ini ada riwayat tentang Khaula ibn Tsa’laba yang di dzihar oleh suaminya Aus ibn Shamit, lalu mengadukan permasalahan kepada Nabi. Menurut aisyah ra. Yang mengatakan: yang artinya; Maha suci Zat yang luas pendengarannya pada segala hal. Sesungguhnya aku mendengar ungkapan khaula, di menyembunyikan sesuatu, mengadukan suaminya kepada Rosul saw. Katanya: Hai rosul, anak mudaku makan dan kubedah perutku untuknya hingga tua usiaku dan anakku terputus, ia berdhihar dariku. Ya Alloh, aku mengadu kepadaMU. Kata aisyah: khaula senantiasa (berlaku) demikian hingga jibril turun membawa beberapa ayat:
قد سمع الله قول التي تجادلك في زوجها
Sesungguhnya Allah telah mendengar perkataan wanita yang memajukan gugatan kepada kamu tentang suaminya”. (Qs.Mujadillah:1)
Perlu diketahui disini, bahwa contoh diatas tidak berarti merupakan justifikasi terhadap setiap peristiwa kemanusiaan yang berkaitan dengan sebuah ayat dapat dijadikan  sebab bagi diturunkannya. Al Qur’an turun tidak mesti karena suatu peristiwa, atau karena pertanyaan dan sebagainya. Tetapi Al Qur’an turun mula-mula karena membawa ‘aqidah (keimanan) dan kewajiban islam (syari’at Alloh). Baik dalam kehidupan individual maupun sosial.
C. KAIDAH-KAIDAH ASBAB AN NUZUL
Ungkapan-unkapan tentang asbab an nuzul dari riwayat yang shahih tidak selamaya berupa teks (redaksi) yang jelas dalam menerangkan sebab turunnya ayat Al Qur’an. Dengan kata lain, ada yang berupa pernyataan (‘ibrah) yang kongkrit, jelas, nyata (nash sharih) نص صريح seperti ungkapan: حدث كذا  atau فنزلت اية كذا سؤل عليه السلام كذا  dan ada yang menggunakan bahasa yang samar dan kurang jelas maksudnya. Hanya mengandung makna sebab, seperti ungkapan نزلت هده الاية  atau احسب هده الاية نزلت في كذا  atau ما احسب هده الاية نزلت الا في كدا  hal tersebut memungkinkan sekali untuk maksud sebab nuzul atau hanya menunjuk hukum sesuatu yang terkandung didalam tersebut. Untuk itu, berikut ini kaidah-kaidah asbab an nuzul.
1.      Ketika perawi menerangkan dengan kata SEBAB atau adanya huruf fa’ ta’qibiyyah (فاء تعقبيه) yang terdapat pada ayat yang turun, setelah memaparkan peristiwa atau pertanyaan yang diajukan kepada nabi saw. Misalnya ungkapan perawi adala: حدث كذا او سؤل عليه السلام عن كذا فنزلت اية كذا   “peristiwa yang terjadi demikian atau nabi saw ditanya tentang ini. Maka turun ayat demikian. Maka yang demikian itu menunjukan ibrah yang jelas tentang sebab dan secara devinitif telah menunjukan adanya sebab turunnya ayat.
2.      Apabila perawi meriwayatkan dengan penuturan: نزلت هذه الاية في كذا ayat ini diturunkan dalam (peristiwa) ini / demikian. Maka ibrah tersebut mengandung dua kemungkinan;
a). Bisa sebab turunnya ayat tertentu.
b). Bisa pula menunjukan hukum yang terkandung dalam ayat itu.
Berkaitan dengan hal itu az zarkasyi berkata: telah diketahui tradisi para sahabat dan pasa tabi’in, bahwa bahwa ketika mereka mengatakan: ayat ini turun tentang hal ini, maka maksudnya adalah bahwa ayat ini mengandung ayat ini, tidak dimaksudkan adanya sebab bagi turunnya ayat. Golongan ahli hadits memasukan ibrah seperti itu kedalam hadits musnad dan marfu’. Misalnya yang terdapat pada ungkapan ibn Umar: انزلت( نساؤكم حرثلكم...) الاية في ايان النساء في ادبارها   (ayat ini diturunkan dalam hal mendatangi istri melalui arah belakang). Ahmad dan muslim tidak memasukan ibrah tersebut kedalam hadist musnad, tetapi memandang ibrah tersebut sebagai istidlal (استدلال) ataupun tawil (تاويل) dari seorang sahabat atau golongan tabiin yang bersangkutan. Jadi, bukan termasuk riwayat yang dikutip tentang suatu peristiwa yang telah terjadi.
3.                  Bila ada seorang perawimenyatakan dengan ungkapan: نزلت هذه الاية في كذا  ( ayat ini diturunkan dalam hal ini), sedangkan perawi lainnya berkata: نزلت هذهالاية في غير ذلك  ( ayat ini diturunkan dalam masalah lainyya). Maka hal yang demikian itu menunjukan istinbath hukum yang terkandung dalam ayat, atau untuk menafsirkan ayat. Keduanya bisa diambil, tetapi keduanya bukan riwayat bagi asbab an nuzul. Misalnya riwayat tentang surat الضحي
Dan apabila perawi mengatakan: نزلت هذه الاية في كذا  . Sedangkan perawi lainnya mengatakan سبب نزول هذه الاية كذا  maka yang diambil adalah ibrah kedua sebagai riwayat sebab nuzulnya ayat secara jelas. Misalnya riwayat dari Naffi, katanya: suatu hari aku membaca ayat نساؤكم حرث لكم... lalu ibn Umar bertanya: apakah kau tau ayat tersebut diturunkan mengenai apa? Aku menjawab: yidak. Lalu ia menjelaskan نزلت في انيان النساء في ادبارهن  ( ayat ini diturunkan mengenai “mendatangi” istri melalui “jalur” belakang). Tetapi muslim muslim meriwayatkan dari jabir, bahwa orang-orang Yahudi mengatakan: barang siapa menjima’ istrinya pada qubulnya lewat duburnya, maka anak yang lahir akan juling, maka turun ayat: نساؤكم حرث لكم...   Yang demikian itu yang dipegangi adalah riwayat imam muslim dari jabir.
C. MANFAAT MEMPERLAJARI ASBAB AN NUZUL.
Adapun manfaat kita mempelajari asbab an nuzul antara lain sebagai berikut:
1.      Untuk menunjang dan membantu memahami ayat Al Qur’an dan menghindari kemusykilan pada ayat tersebut.
2.      Untuk mengetahui hikmah disyari’atkannya hukum islam.
3.      Untuk mengetahui spesifikasi hukum yang disebabkan oleh sebab-sebab tertentu. Bahwa ayat ini diturunkan adalah karena adanya sebab yang khusus.
4.      Untuk menghindari amggapan bahwa hukum itu menyempitkan.
5.      Untuk mengetahui nama-nama orang yang terlibat dalam peristiwa turunnya ayat-ayat tertentu sehingga pemahaman terhadap makna suatu ayat menjadi lebih jelas.
6.      Untuk membantu dan mempermudah hafalan dan pemahaman ayat.
BAB III
PENUTUP

A.  KESIMPULAN
Seperti yang sudah diketahui asbab an nuzul adalah sebab turunnya sesuatu, atau sesuatu yang menyebabkan turunnya peristiwa. Ungkapan ungkapan tentang asbab an nuzul dari riwayat yang shahih tidak selamanya berupa teks atau redaksi yang jelas dalam menerangkan sebab turunnya ayat. Dengan kata lain,ada yang berupa pernyataan (ibrah) yang kongkret & nyata.

B. KRITIK DAN SARAN
Demikian makalah ini kami buat,kami menyadari bahwa dalam penyusunannya masih terdapat kekurangan dan kesalahannya yang banyak. Oleh karena itu, keritik dan saran yang membangun sangat kami butuhkan untuk memperbaiki makalah ini selanjutya. Semoga makalah ini bisa bermanfaat bagi kita semua dan mengamalkan apa yang sudah kita dapatkan. Aamin.
DAFTAR PUSTAKA

Syakur, Muhammad. 2001. Ulum al qur’an. PKP12-FAIYU Universitas Wahid Hasyim: Semarang.

Ichwan, Mohammad Nor.2008. Studi ilmu-ilmu al qur’an. RaSAILMedia Group. Semarang


Comments

Popular posts from this blog

Jambore Nasional 2009 SiBawok

Hai masih kenalkan,hehe kalo belom kenal ya kenalan :D Nama saya Fathan Izzudin Saya tinggal disemarang,udah ya perkenalannya capek,hehe. Kali saya mau sharing Pengalaman saya waktu kemah diBuper (Bumi Perkemahan) Oki.pasti taulah oki tempatnya dimana. :D ya Betul Oki terletak dipulau sumatra tepatnya di Palembang khas empek-empek.Yang pernah kesana pasti dah tau donk ini dia moment foto-foto saat jambore dibumi perkemahan telok ogan komering ilir. Ini pas pelepasan dirumah dinas Bupati. tepatnya depan Masjid Agung Ungaran Ini saat dikapal taulah namanya ya betul apaa :D hehe kapalnya namanya kapal ferry dan antara jawa dan sumatra namanya selat sunda. Pintu Gerbang masuk di danu Teluk Ogan Kemering Ilir plus sekalian acara foto Upacara pembukaan Jambore Nasional 2009 Ini pas acara acara kegiatan Jambore 2009 (OKI) Tempat Bumi Perkemahan OKI Sekian kisah pengalaman jamnas(Jambore Nasional) ditelok Ogan Komering Ilir. semoga bermanfaat ya, jangan lupa kunjung balik lagi. salam pramuk...

Iphone 8 Coming Soon Trailer HD

Meneteskan Air Mata Kisah Sangat Menyentuh|Seorang Mahasiswa Thailand